Katajari.com – Melestarikan tradisi kebudayaan lokal masyarakat Banjar dikemas dalam bentuk pelaksanaan Baayun Maulud, Jumat (17/10/2025) di Museum Lambung Mangukrat di Banjarbaru.
Baayun Maulud merupakan perpaduan mengayun anak menyambut anak yang baru lahir disandingkan dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Rasul
Baayun Maulud di Museum Lambung Mangkurat dengan tema Baayun Baimbai, Maambil Berkah-Nya,
Agama maupun kebudayaan, pada prinsipnya sama-sama memberikan wawasan dan cara pandang dalam menyikapi kehidupan agar sesuai dengan kehendak Tuhan dan kemanusiaannya.
Memberikan wawasan dan cara pandang lain, tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu mendoakan agar anak yang diayun menjadi anak yang berbakti, anak yang saleh, dan anak yang mengikuti Nabi Muhammad SAW sebagai uswah hasanah dalam kehidupannya kelak.
Baayun Maulud adalah proses budaya yang menjadi salah satu simbol kearifan dakwah ulama Banjar dalam mendialogkan makna hakiki ajaran agama dengan budaya masyarakat Banjar.
Maulid adalah simbol agama dan menjadi salah satu manifestasi untuk menanamkan, memupuk, dan menambah kecintaan sekaligus pembumian sosok manusia pilihan, manusia teladan, Nabi pembawa Islam.
Sedangkan Baayun Maulud penerjemahan dari manifestasi tersebut, karena dalam Baayun Maulud terangkum deskripsi biografi Nabi Muhammad SAW sekaligus doa, upaya, dan harapan untuk meneladaninya.
Layaknya sebuah upacara syukuran, maka dalam kegiatan baayun maulud juga terdapat beberapa kelengkapan upacara yang bisa kita lihat saat ini seperti ayunan, piduduk, dan janur yang menghiasi ayunan.
Ayunan melambangkan kearifan lokal tradisi masyrakat banjar. Dengan ikut diayun, anak diharapakan merasakan kasih sayang dari orang tua, rasa aman dan ketentraman yang senantiasa mengiringi hidupnya.
Piduduk melambangkan berbagai hal kehidupan, misalnya dalam piduduk kita melihat ada Beras agar paras muka lebih baik, bersih.
Kelapa dan Gula agar setiap pembicaraannya manis dan lembut. Garam yang berasa asin diharapkan anak dapat memiliki wibawa ketika bertutur kata.

Tradisi Baayun Anak atau Baayun Maulud yang setiap tahun digelar oleh masyarakat Banjar, yakni setiap tanggal 12 Rabiul Awal, memiliki kemiripan sejarah dengan berbagai budaya Banjar lainnya yang telah berhasil diislamisasikan (diakulturasi atau ditransformasi).
Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan adat tradisi Baaayun Maulud masyarakat Banjar dan penyebaran informasi permuseuman.
Manfaat diperoleh dari kegiatan Museum keliling ini adalah terlaksananya program kerja Museum Lambung Mangkurat, terlaksananya penyebaran informasi permuseuman.
Kemudian, meningkatnya jumlah pengunjung museum, terlaksananya aktualisasi adat Baayun Maulud sebagai pelestarian budaya dan tradisi lokal.
Baayun Maulud sarat dengan sejarah, muatan nilai, filosofis, akulturasi, dan prosesi budaya yang berharga untuk dikaji secara komprehensi.
Sehingga nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya penting untuk disosialisasi dan terinternalisasi dengan baik dalam kehidupan masyarakat.
Untuk mengawali acara dibacakan Al Quran oleh Ustaz Wardiansyah. Setelah pembacaan kalam ilahi, acara dilanjutkan dengan laporan panitia pelaksana baayun maulud 2025 yang disampaikan oleh Kepala Museum Lambung Mangkurat yaitu Muhammad Taufik Akbar, S.AP.
“Kegiatan baayun maulud ini diikuti 165 peserta, peserta tertua hajjah hamalia usia 63 tahun 8 bulan, sedangkan peserta termuda aleena khayra azzahra usianya 1 bulan 23 hari,” ungkapnya.

Di tempat sama, Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) H Muhidin melalui Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum, dan politik, Adi Santoso, S.Sos, M.Si.
“Saya menyambut baik dilaksanakannya kegiatan ini, semoga ke depan kegiatan ini dapat terus lestari dan diwariskan kepada generasi selanjutnya,” katanya.
Semoga, kata Gubernur Kalsel, harapan-harapan yang kita panjatkan kepada Allah SWT melalui kegiatan ini dapat dikabulkan sesuai dengan qada dan qadar yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
“Terimakasih kepada seluruh masyarakat yang telah berpartisipasi sebagai peserta, bersama-sama kita melestarikan tradisi pada hari ini.” imbuhnya.
Selain Baayun Maulud, pantun juga telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia yang diakui dunia melalui UNESCO. (kjc)
























