PIT Pernefri 2025 Dirangkai Wet Workshop Insersi Kateter CAPD di RSUD Ulin

(RSUD) Ulin Banjarmasin menggelar wet workshop insersi kateter CAPD, Kamis (2/10/2025) di Ruang Pertemuan KSM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. (Foto: Media Center Kalsel/katajari.com)

Katajari.com – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin menggelar wet workshop insersi kateter CAPD, Kamis (2/10/2025) di Ruang Pertemuan KSM Ilmu Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin.

Wet workshop insersi kateter CAPD merupakan rangkaian Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) 2025.

Workshop ini menjadi tonggak penting dalam memperkenalkan teknik baru yang lebih sederhana dan efisien dalam terapi gagal ginjal, dengan harapan memperluas akses layanan di daerah terpencil.

Acara ini secara resmi dibuka oleh Plt Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Ulin, dr. Agung Ary Wibowo, mewakili Plt Direktur RSUD Ulin, Diauddin.

Workshop ini turut dihadiri perwakilan instruktur workshop dari Pernefri, Rudi Supriyadi, serta Ketua Panitia Pit Pernefri 2025, Mohammad Rudiansyah.

Dalam sambutannya, dr. Agung menyatakan bahwa RSUD Ulin telah menjalankan terapi CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) sejak 2006.

Namun kini, teknik baru yang lebih praktis tengah diperkenalkan agar dapat diterapkan oleh dokter-dokter di daerah.

“Teknik ini memungkinkan pasien gagal ginjal menjalani terapi secara mandiri tanpa ketergantungan pada mesin hemodialisis. Dengan begitu, mobilitas mereka meningkat, dan antrean cuci darah di rumah sakit bisa berkurang drastis,” jelas Agung.

Menurutnya, metode baru ini menjadi solusi nyata bagi pasien yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan atau memiliki keterbatasan mobilitas.

RSUD Ulin mendukung penuh penerapan metode ini demi mendorong kemandirian pasien sekaligus mengurangi beban layanan hemodialisis di rumah sakit.

Perwakilan instruktur workshop, dr. Rudi Supriyadi, menjelaskan bahwa metode insersi kateter yang diajarkan dalam workshop ini dikembangkan oleh tim dari Bandung.

Tujuannya adalah menciptakan teknik yang mudah dilakukan, murah, cepat, dan bisa diterapkan di fasilitas kesehatan manapun, termasuk di daerah.

“Dengan teknik yang tepat dan pelatihan yang baik, pasien bisa menjalani CAPD di rumah dengan aman. Kebersihan adalah kunci untuk mencegah infeksi, yang menjadi komplikasi utama dalam terapi ini,” ujar Rudi.

Ia juga menekankan pentingnya pelatihan bagi tenaga medis maupun pasien untuk memastikan keberhasilan terapi jangka panjang.

Target nasional penggunaan CAPD sebesar 5% diharapkan bisa dicapai dengan pendekatan inovatif ini.

Sementata itu, Ketua Panitia Pit Pernefri 2025, dr. Mohammad Rudiansyah, menyampaikan bahwa Banjarmasin dipercaya menjadi tuan rumah rangkaian kegiatan nasional ini oleh Pengurus Besar Pernefri.

“Kami menggelar dua jenis workshop, yakni wet workshop di RSUD Ulin dan dry workshop di Hotel Fugo.

Setelah itu akan dilanjutkan dengan simposium dua hari, serta kegiatan fun symposium pada hari Minggu dalam rangka HUT Pernefri ke-49,” jelas Rudiansyah.

Workshop ini tidak hanya membahas teknik insersi kateter CAPD, tetapi juga pemasangan akses vaskular untuk hemodialisis, baik yang bersifat sementara maupun permanen.

Dengan kehadiran guru besar, pakar ginjal, serta ahli hipertensi dari berbagai daerah, acara ini menjadi forum ilmiah strategis untuk membahas berbagai permasalahan ginjal dan hipertensi secara komprehensif.

Kegiatan ini menandai langkah progresif dalam layanan nefrologi di Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan. Inovasi dalam teknik CAPD bukan hanya soal kemajuan medis, tetapi juga bentuk nyata pemerataan akses layanan kesehatan.

“Melalui workshop ini, RSUD Ulin dan Pernefri membuka peluang lebih besar bagi pasien di daerah untuk mendapatkan terapi gagal ginjal yang terjangkau, aman, dan memungkinkan mereka menjalani hidup lebih berkualitas,” pungkasnya. (mckalsel/kjc)