Katajari.com – Akibat adanya penurunan debit air sungai, ribuan ekor ikan jenis Nila dan Bawal yang dibudidaya di Keramba Jala Apung d Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar mengalami kematian massal, Kamis (12/6/2025).
Dari pantauan di lapangan, ikan Nila yang mati secara mendadak itu terjadi di dua desa, yakni Desa Sungai Arfat, dan Desa Mali-Mali Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
Bahkan, ikan yang mati bukan hanya yang sudah siap panen, tapu juga baru berusia beberapa bulan turut ikut mati.
“Ikan saya ini sekitar 2 bulan lagi panen. Tetapi karena mati otomatis gagal,” ucap Mustafa Kamal, Warga Desa Sungai Arfat.
Mustafa menambahkan, akibat kematian ikan nila miliknya membut dia merugi hampir 50 juta rupiah.
“Kalau yang masih kecil itu tidak seberapa ruginya, tapi yang sudah usia 3 bulan ini yang membuat saya rugi banyak,” ungkapnya.
Hal serupa dialami oleh pembudidaya ikan Bawal yang ada di desa tersebut, terlihat Khalisah (50) tengah mengambil ikan-ikan Bawal miliknya yang sudah mati sejak Kamis dinihari.
“Kalau yang sudah mati saya buang, tapi kalau yang masih hidup saya kasihkan ke tetangga,” ungkapnya.
Diakui Khalisah, kematian ikan Bawal miliknya itu sudah terlihat sejak Rabu kemarin, namun hal itu semakin parah sejak Kamis pagi.
“Saya pastinya mengalami kerugian puluhan juta,” ujarnya.
Sementara, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar menyebut, dari hasil perhitungan, total ikan yang mati sebanyak 1,5 ton.
karena cuaca yang sangat panas dalam beberapa bulan belakangan, pihaknya telah memberikan peringatan dini sejak satu bulan sebelumnya melalui radio dan media.
Penurunan debit sungai memicu penurunan oksigen terlarut dengan nilai Dissolved Oxygen (DO) yang tercatat sekitar 0,8 hingga 1,5 miligram per liter.
“Kondisi tersebut tak memenuhi kebutuhan minimal oksigen untuk ikan ditambah dengan padatnya tebar ikan di tambak,” ujar Bandi, Kabid Perikanan.
Untuk meminimalisasi risiko serupa, lanjut Bandi, pemerintah mengimbau aparat desa aktif mengedukasi petambak agar memperhatikan kepadatan tebar dan kualitas air.
“Terkait bantuan bibit pengganti, pemerintah mengaku masih mengkaji kemungkinan dan akan berkoordinasi dengan stakeholder terkait,” tutupnya. (kjc)