Banjar  

Sebanyak 64 Regu Pendayung Adu Cepat di Sungai Bangkal

Sebanyak 64 Regu pendayung tradisional saling adu cepat di lintasan sepanjang 350 meter, di Desa Sungai Bangkal, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Minggu (24/8/2025). (Foto: katajari.com)

Katajari.com – Sebanyak 64 regu pendayung tradisional saling adu cepat di lintasan sepanjang 350 meter, di Desa Sungai Bangkal, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Minggu (24/8/2025).

Bertajun “Kayuh Ba’anam” Perlombaan Dayung Tradisional ini digelar dalm Rangka Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 dan Hari Kadi Kabupaten Banjar ke-75.

Pembakal Sungai Bangkal, As’ad Agi, mengatakan antusiasme peserta maupun masyarakat menjadi dorongan kuat agar lomba ini bisa berlanjut di tahun-tahun berikutnya.

“Kegiatan Lomba Jukung ini dalam rangka memperingati HUT RI yang ke-80. Jumlah peserta yang mengikuti ada 64 peserta. Ini perdana untuk Desa Sungai Bangkal melaksanakan Lomba Dayung Tradisional Bekayuh Baanam,” ujarnya.

As’ad menambahkan, pihaknya berencana menjadikan lomba ini sebagai event tahunan jika mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Selain piala dan sertifikat, panitia juga menyiapkan total hadiah sebesar Rp12,6 juta untuk para pemenang.

Sementara itu, anggota DPRD Kabupaten Banjar dari Komisi IV , Kursani yang turut hadir, menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya lomba tradisional ini.

Anggota DPRD Kabupaten Banjar dari Komisi IV, Kursani yang turut menyaksikan. (Foto: katajari.com)

Ikur — panggilan Kursani — berharap dukungan dari pemerintah daerah agar tradisi budaya masyarakat sungai bisa terus dilestarikan.

“Luar biasa, mudah-mudahan di tahun-tahun berikutnya tambah meriah lagi. Dan kita banyak berharap pemerintah daerah supaya ini diprioritaskan,” katanya.

Karena ini adalah suatu bentuk budaya khususnya masyarakat pinggiran sungai. Mudah-mudahan bisa direspon dari pemerintah daerah dan bisa dilaksanakan tiap tahunnya.

Kursani juga menekankan bahwa jukung bukan hanya sebatas alat perlombaan, tetapi juga bagian penting dari kehidupan sehari-hari warga di desa-desa tepian sungai.

“Sebenarnya kalau jukung ini masih banyak digunakan, misalnya untuk bekerja, mengangkut hasil panen, hingga berdagang. Jadi kegiatan lomba seperti ini bukan hanya hiburan, tapi juga mengingatkan kita pada identitas budaya,” tambahnya.

Lomba balap jukung di Sungai Bangkal ini pun diharapkan mampu menjadi ikon baru kegiatan budaya dan olahraga tradisional di Kabupaten Banjar, sekaligus mempererat persaudaraan antarwarga di tepian sungai. (kjc)