Anda Posesif? Kenali Ini Tanda dan Cara Mengatasi

Ilustrasi Posesif. (Foto: Shutterstock)
Ilustrasi Posesif. (Foto: Shutterstock)

Katajari.com Berikut ini dipaparkan tentang tanda dan cara mengatasi seseorang yang posesif atau memiliki sifat posesif.

Keinginan untuk memiliki adalah hal yang wajar ketika seseorang punya pasangan. Namun, bila keinginan memiliki tersebut terlalu berlebihan hingga yang terjadi Anda atau pasangan suka mengekang, justru bisa mengurangi keintiman dan membangun suatu hubungan yang tidak sehat.

Pada tahap ini, rasa memiliki yang berlebihan kerap disebut dengan posesif.

Hal yang perlu Anda pahami, sikap posesif itu sendiri tidak hanya terjadi pada hubungan percintaan. Terkadang, ada fase di mana anak merasa posesif pada barang yang dimilikinya, orangtua terhadap anaknya, atau sikap terlalu mengontrol teman, keluarga, hingga rekan kerja.

Lantas, apa sih artinya posesif itu? Apa tandanya seseorang memiliki sifat ini dan bagaimana mengatasinya?

Apa itu posesif?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, posesif adalah bersifat merasa menjadi pemilik. Namun, secara psikologi, posesif memiliki arti lebih dari sekadar itu.

Seorang psikolog Ashley Hampton menyebut, posesif seringkali merupakan awal dari sikap mengontrol, mengatur, atau menguasai orang lain. Oleh karena itu, sifat posesif seringkali disebut juga dengan controlling behaviour.

Sifat posesif cenderung dimulai dengan sangat lambat dan kerap sulit dideteksi pada awalnya. Pada hubungan percintaan, sifat ini sering dianggap sebagai bentuk perhatian dan rasa sayang dari pasangan.

Namun, sifat mengontrol ini sebenarnya bukanlah tanda romantis, perhatian, atau kasih sayang yang tepat. Ini merupakan cara seseorang dalam  mengatasi perasaan cemburu, takut, insecure, atau kurangnya rasa percaya diri terhadap pasangan.

Di luar hubungan romantis, sifat controlling behavior ini bisa ditunjukkan dengan serangkaian tindakan manipulasi eksploitasi, dan intimidasi terhadap seseorang untuk alasan egois. Secara tidak sadar, hal-hal ini telah merampas kebebasan orang lain. Adapun hal ini bisa mengarah pada bentuk pelecehan, termasuk abusive relationship.

Apa yang membuat seseorang jadi posesif?

Mengakui Kebohongan pada PasanganBeberapa kondisi yang mungkin dapat menjadi penyebab posesif adalah:

1. Kenyamanan saat pegang kendali

Kemampuan mengendalikan orang lain memberikan perasaan aman kepada diri Anda, karena Anda jadi memiliki kekuatan untuk menjaga segalanya untuk tetap stabil. Namun, kenyamanan ini dapat menimbulkan ketagihan, sehingga terus ingin menjadi si pengendali. Padahal sebenarnya, karakter ini justru dapat berarti kurangnya rasa percaya diri.

2. Bergantung secara berlebihan

Terlalu bergantung pada pasangan  atau orang lain akan membentuk pribadi yang posesif. Anda atau pasangan mungkin ingin, dan secara tidak sadar menghalangi kebebasann untuk berkumpul dengan orang lain.

3. Ketakutan tersembunyi

Ketakutan atau kegelisahan yang tersembunyi, seperti takut dikasihani oleh orang lain, takut ditinggalkan, takut mengalami emosi yang menyakitkan, atau takut akan kegagalan (perfeksionisme, termasuk memiliki pasangan yang perfeksionis) bisa menjadi pemicu sifat ini.Biasanya, ini juga terkait dengan peristiwa traumatis yang pernah terjadi pada masa lalu, seperti pernah ditinggalkan oleh orang yang disayang.

4. Kurangnya rasa percaya

Kurang percaya diri dalam hubungan juga bisa jadi salah satu penyebabnya. Anda mungkin jadi merasa cemburu yang tidak sehat atau tanpa alasan yang jelas terhadap pasangan, atau tidak yakin rekan kerja Anda dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Apa tandanya seseorang memiliki sifat posesif?

Sebagian besar orang tidak menyadari bila dirinya memiliki sifat posesif atau berada di dalam hubungan yang mengontrol. Untuk lebih mengenalnya, berikut adalah tanda-tanda Anda, pasangan, atau kerabat Anda bersikap posesif:

1. Mengawasi sepanjang waktu

Jika pasangan, kerabat, atau keluarga Anda terus menerus menelepon dan menanyakan di mana dan bersama siapa, mungkin itu salah satu ciri mereka bersikap posesif. Tak hanya menghubungi via telfon, hal ini juga kerap ditunjukkan dengan mengawasi atau memata-matai melalui semua akun media sosial.

2. Mengatur dengan siapa pasangan boleh bergaul

Tanda posesif berikutnya yaitu suka mengontrol juga mulai mengatur dengan siapa saja Anda atau pasangan boleh bergaul. Bukan untuk melindungi, hal ini dilakukan karena bersikap cemburu.

Sebagai contoh, pasangan Anda akan melarang Anda untuk bertemu dengan teman-teman karena perhatian Anda menjadi kurang saat berkumpul bersama orang lain.

3. Mengkritik atau menentang pendapat pasangan

Bila pasangan terus menerus mengkritik atau menentang pendapat Anda tentang suatu masalah, ini bisa menjadi ciri bahwa ia berusaha mengontrol diri Anda.

Apalagi jika ia melakukannya secara sengaja agar Anda terus berada di bawah kontrolnya dan tidak membiarkan Anda melakukan apa yang diinginkan. Ia akan menentang dan mengkritik dari hal yang kecil agar bisa memengaruhi Anda hingga ke hal yang besar.

4. Membuat pasangan merasa bersalah atau mencari kesalahan

Orang yang suka mengontrol mencoba membuat Anda merasa bersalah, atau terus mencari kesalahan bila Anda tidak bersikap sesuai dengan keinginannya.

Padahal, apa yang diinginkannya tidak selalu benar. Dengan demikian, Anda akan terus meminta maaf dan ia akan selalu bisa mengendalikan Anda.

5. Memiliki emosi yang tidak stabil

Ciri orang posesif lainnya adalah emosi dan suasana hati yang tidak stabil. Seringkali, orang yang suka mengontrol menjadi mudah marah bila Anda melakukan sesuatu yang tidak sesuai atau yang menurutnya salah.

Bahkan terkadang, ancaman, seperti ingin bunuh diri atau kekerasan fisik mungkin saja dilakukan agar Anda bisa mematuhinya.

Bagaimana cara menghadapi seseorang yang bersifat posesif?

Memiliki masalah dalam suatu hubungan, baik dengan pasangan, teman, kerabat, maupun lainnya, dapat diselesaikan dengan komunikasi dan pemahaman yang tepat. Oleh karena itu, langkah awal yang bisa Anda lakukan ketika menghadapi pasangan yang posesif atau jika memiliki kerabat atau teman dengan sifat yang sama, ada baiknya Anda membicarakan hal tersebut dengan mereka.

Jika memang ia tidak bisa menerima atau malah memicu perkelahian, mungkin ini saatnya Anda minta putus dengan pacar atau pasangan, atau keluar dari hubungan yang merugikan ini. Memang, memutuskan hubungan dengan orang lain tidak semudah yang dikira.

Jika dirasa sulit atau bila meninggalkannya justru membahayakan diri Anda, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan orang lain yang Anda percaya. Anda pun bisa melakukan konseling ke ahli kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater, yang dapat membantu meringankan beban mental Anda.

Bagaimana cara menghilangkan sifat posesif?

Sifat posesif tidak akan membuat hubungan Anda langgeng, tetapi justru akan membuat pasangan ingin “melarikan diri” dari kekangan Anda. Terlalu mengatur hidup pasangan dan membuat banyak larangan pun bisa membuatnya merasa bahwa Anda tidak mempercayainya.

Oleh karena itu, Anda harus mencoba untuk menghilangkan sifat posesif ini dan mulai menumbuhkan rasa percaya pada orang lain atau pasangan untuk dapat membangun suatu hubungan yang sehat. Berikut adalah cara-cara yang bisa Anda terapkan untuk menghilangkan sifat posesif pada diri Anda:

1. Jangan menuruti emosi

Saat pemicu sifat posesif Anda muncul dan mempengaruhi emosi Anda, seperti rasa cemburu, sebaiknya diam sejenak dan pahami apa yang sedang terjadi dalam diri Anda.

Bertindak gegabah dengan menuruti emosi ini justru akan dapat melukai perasaan orang lain. Sebaiknya, Anda harus belajar untuk menahan dan mengabaikan pikiran dan suara hati Anda yang buruk terhadap orang lain, terutama pasangan.

2. Cari cara untuk menenangkan diri

Sambil belajar mengendalikan emosi, Anda pun perlu mencari berbagai cara yang dapat membuat Anda lebih tenang ketika posesif atau rasa cemas berlebihan itu muncul. Untuk mempraktikkannya, Anda bisa sekadar duduk tenang dan rileks, kemudian melakukan medias atau latihan pernapasan Hal ini dapat membantu Anda mengatasi pikiran negatif dan mengurangi rasa cemas berlebihan yang Anda rasakan.

3. Telusuri masa lalu

Peristiwa masa lalu bisa menjadi salah satu penyebab munculnya sifat posesif. Oleh karena itu, Anda perlu menelusuri kejadian-kejadian pada masa lalu yang mungkin menyebabkan sifat ini muncul.

Jika sudah menemukannya, lupakan kenangan buruk tersebut dan fokus pada hidup Anda saat ini. Jangan lupa pula untuk mengkomunikasikannya dengan pasangan, teman, atau kerabat Anda yang mungkin akan membantunya untuk lebih memahami Anda. (hellosehat.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *